Tuesday, November 30, 2010

Menjejak Pasir

Pandangan Pertama
Suguhan pertama yang terlihat, decak kagum mata ini melihat, masih pagi, kabut tipispun masih menyelimuti hamparan luas pantai Jogjaku....
Lama tak menikmati yang seperti ini, benar-benar hal yang patut dirindukan, segenap apa yang jadi beban seakan lepas terhempas semilir angin pagi di pantai Krakalku....
(tak apa sejenak semua itu milikku, biarkan.....)
Pesonamu

Memandang jauh di laut lepas, tak menyangka amat menenangkan, walau hanya berteman angin, bertikar pasir, bermelodi debur ombak, berpayung terik.....
Seperti tak ingin lepas pandang dari yang kudapati ketika itu, tak ingin kehilangan nyamannya segala rasa yang telah dituju....
(tak apa sejenak semua itu menemaniku, biarkan.....)

Bersama Keluarga
Bergurau dengan alam, seperti yang telah terbayangkan, seperti mimpi yang nyata kuterima, tanpa ada rasa enggan, berlarian menjejak pasir, berlarian bersama buih, berlarian di atas karang, berlarian berbalap dengan ombak....
Bergurau dengan yang disayang, seperti yang telah kurahapkan, berharap tak akan ada akhir, berharap tak ada yang merampas, sekalipun itu sang waktu, tapi.....
rie & dhe

Teringat harus kembali, dan akhirnya hanya bisa berucap terima kasih *untuk dhe* yang udah nemenin kabur sesaat, mencari sebuah penghiburan diri di tengah penatku.... 
Kamsahamnida.....

Second day at Laut Kidul Ngayogyakarta '15 November 2010'

Monday, November 29, 2010

Kepulanganku

''14  November 2010''

Jam 7.00 sampai di Giwangan berkutat sebentar ke Jombor (sudut barat laut kota Jogja)
Nekad mampir ke Malioboro, masih dengan tas selempang yang masih penuh utuh
Dengan seorang kawand, dengan tas ranselnya yang utuh penuh juga
Sama sekali badan belum terguyur air...
Tempat pertama yang kami singgahi
"Toilet umum" tentunya 

Sarapan di sudut Malioboro
Dengan segelas teh hangat sepiring nasi gudeg berlimpah udara segar di kotaku *aku*
Dengan segelas kopi (yang tak pernah ditinggalkan) sepiring nasi gudeg juga dan selaksa kesejukan di kotaku *dhe*

Bersiap mengisi acara kabur kami, dengan memburu yang tak bisa didapati di kota rantauku
Ampun Tuhan..... 
Kalo nggak inget harus balik lagi ke Bogor, ku habiskan yang tersisa di dompet demi menuruti inginku, hixhixx
Dari ujung utara sampai selatan balik lagi ke utara
Dari masuk Beringharjo sampai ke mallnya
Seperti tak ada lelah kita jelajahi juga...

Hampir jam 2.00 hujan mengguyur tanah Malioboro
Menghentikan langkah kami, seakan hujan itu mengingatkan sudah saatnya untuk pulang
Banyak kerinduan yang menanti, see you


First day at Ngayogyakarta

Sunday, November 28, 2010

At a journey

Lebih memilih duduk di dekat jendela kaca
Kali ini bukan jendela kaca yang tiap hari ku tembus batas lihatnya
Kali ini bukan jendela kacayang ku terawang di sela lelah mata memelototi monitor
Bukan jendela kaca yang ketika ku lihat di luar masih gedung itu-itu saja
Bukan jendela kaca yang setiap pagi menyuguhkan pemandangan kedatangan si bos

Kali ini jendela kaca, yang ketika aku melihat keluar menyuguhkan berderet pepohonan
Lalu terkadang berganti dengan berbanjar perumahan
Dan yang menakjubkan kala subuh ini
Aku tersenyum di balik jendela kaca
Berjajar pegunungan dihiasi siluet
(entah warna apa yang membuat mata terpesona)

Di sana, terlihat satu yang kokoh,
Merapi Jogjaku....
Tak tampak dia marah, bahkan terlihat anteng, diam menakjubkan....

At a journey, berjuta keindahan yang dirindukan

Kala itu ''14 November 2010 ba'da subuh"
dalam perjalanan pulangku...

Monday, November 1, 2010

Sajak di Smetanova

Potret Pertama Kami
First
Awal itu kita tak saling mengenal
Memilih teman sebangku yang kita kenal
(jujur : seperti aku dan ninik, wiwin dan pipin, nisa dan mamik, shendy dan rita, rini dan dani dan seterusnya dan seerusnya)
Kecuali beberapa orang yang pertama itu
Harus dan mewajibkan diri untuk bertanya “Namine sinten?”
(seperti yuli dan alfi, upik dan via, maria dan yuni, rindu dan esti *entah kegilaan apa yang bisa bikin mereka klop*)
Dan ada juga yang harus mengalah
Karena ganjil
(antara banar, andar dan gaga *talak rujuknya mereka bertiga selama 3 tahun bersama*)
Lalu perlahan mau tak mau wajib dan tak wajib
Kita saling mengenal
Meski tanpa bertanya “boleh tau namamu?”
Aturan main pakai computer yang harus ditaati
Berurutan sesuai absensi
Hari pertama kita masuk lab multimedia
Hari Jum’at
Pegenalan awal
Awal di mana kita akan menguras seluruh kemampuan otak
Awal di mana kita akan mengisinya lagi dengan banyak hal yang baru
(aku tersenyum ketika menulis ini *jujur betapa takjubnya kala itu*)
- - - - - - - - -
Pelajaran photography pertama kita
Belum terlihat kenakalan kita
Hal yang awam
Object gambar kita sendiri
Jepretan tangan kita sendiri
Bidikan mata kita sendiri
Pose malu-malu kita sendiri
Beredar di penjuru smetanova
Generasi ke dua multimedia
Yang menggagalkan kakak kelas kita menjadi generasi tunggal
(aku tersenyum ketika melihat foto kita *terlihat lugu… tinggal menunggu beberapa waktu lagi untuk jadi gila*)
- - - - - - - - -
Lalu perlahan ada rasa dibanding-bandingkan
Antara kita dan kakak-kakak kita
Betapa hebatnya mereka sebagai generasi pertama
Rasa ingin seperti mereka namun tetap menunjukkan inilah diri kita
Inilah semangat awal kita kala itu
Harus bersatu padu satu sama lain
Menyatukan kreasi, suara dan rasa
Kekompakan pertama yang harus kita ciptakan
“Pertunjukan drama pertama kita”
(Entah bisa disebut pertunjukan drama atau tidak, ^^ v)
Mensutradarai sendiri, menentukan tema sendiri, membuat naskah sendiri
Dengan judul “Pipin ingin sekolah”
Lagu pertama yang kita nyanyikan kala itu “Bukan Bintang Biasa”
(“once upon a time ada sebuah bintang, yang bersinar terang di hatimu, ku akan datang lagi menjeputmu dengan cinta, kan ku bagikan semua bintangku… ku miliki bintang bukan bintang biasa, ku bisa hapuskan semua dukamu, ku tak akan menghilang slalu ada di hatimu, memberi bintang hanya untuk cinta… dan yang terbaik selamanya bersama, akan ku bagikan bintagku demi cintamu, and when you keep on believing 1000 miles can be sized by running, the miracles can do things though can do” aku tersenyum ketika mendengar lagu ini *aku sedang mendengarnya dan spontan adegan itu terulang di benakku*)
- - - - - - - - - -
Masih belum apa-apa
Tahun pertama kita, belum ada kenakalan-kenakalan fatal
Perlu saling mendalami  dan kita akan saling mengerti
Tahun pertama yang mengisi laga kita
Semangat MULTIMEDIA…
Menyambut tahun kedua

Tuesday, October 26, 2010

Rhein Nirmala

Namaku Rhein, saat itu aku berjalan menyusuri pinggiran kota, saat senja mulai menyingsing dan angin pun berkelebat di antara pepohonan yang berjajar. Berjalan terus tak menentukan arah kemana lajuku ini dan dimana aku akan berhenti. Meresapi semilir yang menggoda suasana sore itu, menyedihkan bagiku.

Namaku Rhein, yang melayangkan pikiran hanya pada satu nama, Mala. Ya hanya untuk Mala, Nirmala. Gadis yang sangat menyenangkan walau kadang merepotkan, tapi sungguh hanya aku yang bodoh di sini. Hanya sunyi yang kudengar, padahal aku sangat ingin mendengar keriangan gadis itu, ramai canda tawanya serta gurauan kecil darinya. Aku menghela nafas pelan. Berfikir betapa sia-sianya aku, waktu telah habis pada akhirnya, tak akan terulang meski begitu keras aku berfikir dan begitu khusyu aku berdoa.

Lama setelah pertengkaran itu, aku memutuskan untuk tidak ingin melihatnya  lagi, sama sekali tak ingin, memikirkan dia pun enggan. Sungguh, sangat sakit dan benar-benar nyeri. Mala yang kusayangi, bodohnya aku. Yang sebenarnya, tak ingin aku sedikitpun berpaling, jauh hanya sejengkal, ataupun membencimu sampai seperti saat itu. Bodohnya aku, hanya karena sekecil duri yang menusuk aku harus membayar lebih dengan rasa tak tertahankan ini.

Lama setelah pertengkaran itu, sampai detik ini, dan sampai nanti aku tak bisa melihatmu lagi, merasakan hadirmu pun tak bisa, hanya bisa meratapi sekeping sesal. Namun yang sekeping itulah yang sangat meyakitkan. Dan sekarang sangat merindukanmu, ingin sekali menggandeng jemarimu, sambil berlari menembus angin, merepih senja kala ini. Semu, hanya bayang yang menemani langkahku saat ini, bermain dengan angan maya dan berusaha keras menghadirkan dirimu di setiap sudutnya.

Mala, seperti saat itu dengan tertatih aku mengajarimu berlari, merasakan desiran yang belum pernah kau rasakan, melihat dunia yang belum pernah kau lihat. Karena keterbatasanmu, karena sakit yang melekat dalam dirimu. Namun kita bisa tertawa bersama, menari bersama, di bawah gerimis yang menyenangkan, dengan ribuan rintik hujan yang terdengar mengasikkan.

Namaku Rhein, Rhein Nirmala itulah nama kami, aku dan saudara kembarku, akulah Rhein dan saudariku Mala. Kau benar-benar pergi, lalu kenapa harus dirimu yang jauh pergi?? Karena sikap bodohku dan tingginya egoku, kenapa harus dirimu??

Butir kecil dari sudut mataku tak tertahankan lagi, bukan hanya sekali ini tetapi sejak rintik hujan yang kita cintai menjadi terasa begitu pilu, sejak aku tersadar detak lain dari diriku telah terhenti, sejak iringan doa mengantarkan kepulanganmu, dan sejak taburan bunga menyelimuti ragamu.

“Mala, maaf atas segala kesalahanku, terlelaplah dalam tenang dan damai di taman sana,” tertunduk aku dalam diam dan kuhentikan langkahku di hadapan saudariku yang setahun ini telah tiada.


_*Luph you my sistaaa*_

Sunday, October 3, 2010

Imagine


Membayangkan bermain di bawah rintik hujan
Berlari puas
Tertawa lepas
Seperti anak kecil
Bergurau dengan alam
Tanpa ada rasa mungkinkah bisa bersedih
Tajam menatap langit
Tenang mendengar hujan
Dengan segala rasa bahwa hanya aku yang dicinta 

Friday, October 1, 2010

What happened with me...


aduhai,,,
menelan ludah sendiri
aku melihatnya muram
entah sejak detik kapan dari sudut mana
rasaku menjuru, nelangsa melihatnya
aku melihatnya muram
beberapa saat yang lalu
ketika aku beranggapan, nafasnya mulai terbelenggu

aduhai,,,
kepada siapa harus mengadu
karna aku terlalu malu
tersipu menunduk bisu
dalam hayal yang makin tak menentu
sakit aku melihatnya seperti itu

Yaa Rabb,,,
rasa ini tak benar adanya
tak boleh menurut dikata
tak layak menyekap jiwa
hilang dalam langkah dan hanya bisa melihatnya


_terangakai di kala hujan berderai_